Kamis, 12 September 2013

Mengapa Harus Berteriak?

Mengapa Harus Berteriak?

April 20, 2012

Gambar 


Suatu hari sang guru bertanya kepada murid-muridnya, “Mengapa ketika seseorang sedang dalam keadaan marah, ia akan berbicara dengan suara kuat atau berteriak?”

Setelah berpikir cukup lama, seorang murid mengangkat tangan hendak menjawab. Guru pun mempersilakan dia menjawab. Kata murid itu, “Karena saat seperti itu ia telah kehilangan kesabaran.”

Sang guru balik bertanya, “Bukankah lawan bicaranya berada di sampingnya? Mengapa harus berteriak? Apakah ia tak dapat berbicara secara halus?”

Para murid terdiam. Hampir semuanya telah memberikan alasan yang mereka kira benar. Tetapi sang guru sepertinya belum terpuaskan oleh salah satu jawaban dari murid-muridnya. Menyadari kebuntuan ini, sang guru kemudian berkata, “Ketika dua orang sedang dalam situasi kemarahan, jarak antara ke dua hati mereka menjadi amat jauh, meskipun secara fisik mereka begitu dekat.”

“Tetapi anehnya,” sang guru melanjutkan, “Semakin keras mereka berteriak, semakin mereka menjadi marah dan dengan sendirinya jarak hati yang ada di antara keduanya pun menjadi lebih jauh lagi.”

Para murid semakin tenggelam dalam kekaguman atas jawaban sang guru itu. Ruang kelas semakin sepi dan hening. Sang guru pun melanjutkan, dengan bertanya, “Sebaliknya, apa yang terjadi ketika dua orang saling jatuh cinta?”

Kali ini para murid semakin antusias. Semua orang dalam kelas itu berebut untuk menjawab. Serempak mereka menjawab, katanya, “Mereka yang sedang jatuh cinta tidak saling berteriak. Mereka justru berbicara secara sangat lembut. Bahkan meskipun halus dan pelan, keduanya masih bisa saling mendengarkan.”

“Mengapa bisa begitu?” sang guru balik bertanya. Kali ini kelas kembali hening . Para murid nampak berpikir tetapi tak seorang pun yang ingin mencoba menjawab. Sang guru menjawab sendiri pertanyaannya, katanya, “Karena kedua orang yang sedang jatuh cinta itu begitu dekat. Tidak ada jarak di antara hati mereka. Bahkan begitu dekatnya hati mereka sampai sepatah kata pun tak perlu diucapkan.”

Para murid tampak tersenyum, ada juga yang mengangguk-angguk kepala. Mereka seperti sedang memahami apa yang dikatakan sang guru. Nasihat sang guru, katanya, “”Ketika Anda sedang dilanda kemarahan, janganlah hatimu menciptakan jarak. Lebih lagi kamu tidak mengucapkan kata yang justru menciptakan jarak di antara kamu.”

Kali ini para murid mulai tersadar dan menangkap maksud guru mereka. Ya, ketika sedang marah, lebih baik TIDAK mengucapkan kata-kata yang yang justru memperlebar jarak di antara kita sambil menunggu waktu yang tepat untuk mengatasi kemarahan. Meskipun saling marah, kedua orang yang diam dapat merasakan kedekatan hati di antara mereka.


Sumber: Unknown (diolah secara kreatif)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar