Kamis, 12 September 2013

Sejarah Motor Vespa

Sejarah motor vespa 300x300 Sejarah Motor Vespa
Vespa merupakan salah satu kendaraan klasik yang masih digemari sampai sekarang. Kendaraan yang berumur nyaris puluhan tahun ini masih banyak dijumpai di jalanan Indonesia. Komunitas-komunitas pengendara vespa juga pasti ada di setiap kota. Jadi bagaimana perjalanan Sejarah Motor Vespa menancapkan pengaruhnya di dunia?

Sejarah Motor Vespa

Vespa sendiri bukanlah sebutan untuk kendaraan ini. Vespa merupakan sebuah brand dari sepeda motor skuter yang berasal dari negeri Italia. Piaggio merupakan nama dari perusahaan induk dari merk Vespa.
Pada masa awal kemunculannya Verpa memiliki saingan berat dalam pasar skuter, yaitu merk bernama Lambretta. Namun sekarang ini otomatis Vespa lebih dikenal karena masih mengeluarkan produk baru.
Pabrik Piaggio didirikan oleh Rinaldo Piaggio pada tahun 1884. Pada awalnya perusahaan ini memroduksi kapal, kereta, mesin, dan badan truk. Selanjutnya pabrik ini banyak menghasilkan produk pesawat terbang.
Vespa sendiri dihasilkan Piaggio pada masa kepemimpinan putra Rinado Piaggio, Enrico dan Armando. Vespa merupakan ambisi Enrico untuk menghasilkan kendaraan yang bisa membantu mobilitas personal. Verpa sendiri berarti lebah dalam bahasa Italia.
Vespa dirancang oleh Corradino D’Ascanio, seorang insinyur di bidang penerbangan. Dia juga merancang, mengonsep, dan menerbangkan helikopter produksi Piaggio.
D’Ascanio berhasil membuat model Vespa yang terlihat simpel, ekonomis, dan nyaman namun tetap elegan. Karena dasarnya dari penerbangan, maka rancangan Vespa juga mengambil dari beberapa prinsip pesawat terbang. Hal ini bisa dilihat dari garpu ban vespa yang mengambil inspirasi dari model ban untuk mendarat dari pesawat terbang.
Konstruksi awal dari Vespa dimulai pada tahun 1945. Vespa pertama kali dinamakan seri MP5. Kendaraan ini berbentuk sederbana namun tetap elegan. Bentuknya menyerupai bentuk lebah. Namun tetap Vespa model awal ini masih menuai kritikan.
Bentuk penutup pengaman terlihat seperti papan selancar. Bahkan sejumlah pekerja di Piaggio menyebut kendaraan ini sebagai motor Paperino. Paperino merupakan sebuah sebutan mengejek bagi tokoh kartun Donal Bebek. Kenyataan ini membuat D’Ascino memperbaiki model Vespa.

Sejarah Motor Vespa

Akhirnya muncul seri Vespa terbaru yang diberi nama MP6. D’Ascino menyebut kendaraan ini sebagai “Sambra Una Vespa”, yang jika diartikan berarti terlihat seperti lebah.
Sebutan inilah yang membuat kendaraan produksi Piaggio ini disebut dengan Vespa. Pada bulan April 1946, Vespa dengan seri MP6 mulai diproduksi secara massal di pabrik Piaggio yang terletak di Pontedera, Italia.
Pada tahun 1949 Vespa telah diproduksi mencaapai 35.000 unit. Pada kurun waktu sepuluh tahun Verpa telah diproduksi sebanyak satu juta unit. Vespa menjadi simbol gaya hidup pada tahun 1960-an, bahkan sampai sekarang ini.
Vespa terus berkembang di seluruh daratan Eripa dan dunia. Negara lain mulai mengajak Vespa untuk bekerja sama membuat model ini untuk dijual di negeri mereka.
Pada tahun 1950 Jerman bekerja sama dengan Vespa untuk meluncurkan Vespa 125 cc. Larisnya Vespa membuat banyak perusahaan lain memroduksi skuter. Beberapa pesaing Vespa pada saat itu adalah Lambretta, Heinkel, NSU, dan Zundapp.

Sejarah Motor Vespa

Produk Lambretta dan Zundapp sempat populer juga di Indonesia pada era 1960-an. Vespa banyak dilirik karena bentuknya yang elegan dan lucu. Produk Vespa seperti seri 150 GS begitu populer sehingga sering muncul dalam film-film produksi 1960-an.
Seri ini mulai menyatukan setang kemudi dan lampu sorotnya. Namun ciri khas berupa bokong bahenol tidak pernah ditinggalkan. Tentu saja seri ini masih diburu bahkan sampai sekarang ini.
Vespa lalu melanjutkan inovasinya dengan kemunculan seri ET2, ET4, Grand Turismo, dan PX150. Vespa tidak hanya menjadi kendaraan skuter biasa, namun telah menjadi ikon dari negara Italia. Vespa juga menjadi ciri subkultur anak muda pada era 1960-an.
Vespa di Indonesia
Perkenalan awal Indonesia dengan Vespa memang tidak bisa dipastikan. Pasukan perdamaian dari Indonesia yang bekerja di Kongo, atas perintah PBB, membawa oleh-oleh vespa tipe Classic dengan kapasitas 150 cc. Vespa ini dihadiankan sebaga pernghargaan dari pemerintahan Indonesa waktu itu. Karena itu model Vespa ini di Indonesia disebut dengan Vespa Congo.
Baru pada pertengahan 1965 beberapa importir berusaha mendatangkan Vespa langsung dari Italia. Bahkan ada yang merakitnya di Indonesia dengan lisensi Vespa tentunya.
Vespa akhirnya menjadi primadona kendaraan roda dua sebelum masuknya motor bebek. Pada tahun 1970-1980an, sebuah perusahaan produksi Vespa di Indonesia bisa menjual 500 unit skuter setiap hari.
Vespa mulai turun pamornya ketika motor produksi Jepang masuk Indonesia. Pamornya semakin anjlok ketika tidak ada produksi dan inovasi baru serta adanya krisi moneter tahun 1997. Namun kondisi ini tetap tidak menghalangi pecinta Vespa untuk memburu kendaraan klasik ini.
Sampai sekarang Vespa produksi klasik masih dicari. Vespa masih digemari karena keunikan bentuk, gampangnya untuk dimodifikasi, dan mesinnya yang relatif lebih simpel. Vespa klasik ini dijual dengan harga beragam, tergantung dari model, kondisi, dan originalitas.
Sampai sekarang vespa masih tetap digemari, bahkan oleh generasi muda. Banyak komunitas Vespa yang masih bertahan dan memodifikasi skuter ini menjadi bermacam bentuk.
Vespa Sebagai Gaya Hidup
Kepopuleran Vespa, terutama pada era 1960an, membuat kendaraan ini tidak lepas dari gaya hidup anak muda pada waktu itu. Vespa menjadi pendamping sebuah subkultur yang muncul di Inggris pada akhir 1950an sampai pertengahan 1960an. Subkultur ini tumbuh di Inggris, terutama di kota London. Mereka menyebut kelompoknya dengan sebutan Mods.
Mod berasal dari kata Modernist, yang mengiringi istilah Pop yang berasal dari kata Popular. Mereka adalah pemuda urban  yang berasal dari kelas pekerja di kota London. Mereka berasal dari kalangan ekonomi menengah ke bawah. Namun mereka tidak ingin ketinggalan dalam masalah fashion. Mereka memakai pakaian resmi yang disebut dengan zoot suit.
Pakaian ini merupakan paduan jas dan celana kain yang biasa dipakai kalangan menengah ke atas. Mereka memakai setelan ini untuk mengolok kalangan atas bahwa mereka dari kalangan bawah bisa juga memakainya.
Selain pakaian, ciri lain dari Mod adalah musik, gaya rambut klimis, jaket parka, dan kendaraan skuter. Skuter dipilih karena kendaraan ini sedang populer, terjangkau buat mereka, dan sangat “Italia”.
Produk skuter semacam Vespa dan Lambretta menjadi populer di kalangan Mod. Mereka memodifikasi skuter ini dengan memasang banyak lampu dan kaca spion. Mereka juga memakai logo yang diambil dari lambang angkatan udara Inggris.
Logonya sangat sederhana, yaitu lingkaran berwarna biru paling luar, dengan lingkaran putih di dalamnya, serta lingkaran merah di paling dalam. Warna biru berarti in the blue day.
Sedangkan merah berarti in my red eyes. Sedangkan warna putih berarti I ride with my scooter. Warna dari logo ini sering juga disematkan pada skuter kelompok Mods.
Mods menjadi sebuah gaya hidup pada waktu itu. Tidak hanya fashion, mereka juga memberi pengaruh dalam bidang musik. Mereka mendengarkan musik ciri khas Mods yang dibawakan band Inggris waktu itu seperti The Who, The Small Faces, dan The Kinks. Mereka juga mendengarkan lagu-lagu dari musisi Afro-Amerika yang membawakan aliran musik Northern Soul dan Motown.
Style Mods masih banyak dijumpai modern ini, bahkan di Indonesia. Kita masih sering melihat skuterist berkeliling kota dengan Vespa dan jaket parkanya. Gaya Mods ini erat kainnya dengan kelompok Skinhead modern ini.
Mungkin yang sedikit ditinggalkan adalah pakaian gaya Itali dan selera musik Motown dan Northern Soul. Namun hal ini menunjukkan bahwa Vespa tidak akan pernah mati dan akan ada karena keunikan dan keelegananya.


sumber: gunawancavalera on August 12, 2013. Updated August 17, 2013

Mengapa Harus Berteriak?

Mengapa Harus Berteriak?

April 20, 2012

Gambar 


Suatu hari sang guru bertanya kepada murid-muridnya, “Mengapa ketika seseorang sedang dalam keadaan marah, ia akan berbicara dengan suara kuat atau berteriak?”

Setelah berpikir cukup lama, seorang murid mengangkat tangan hendak menjawab. Guru pun mempersilakan dia menjawab. Kata murid itu, “Karena saat seperti itu ia telah kehilangan kesabaran.”

Sang guru balik bertanya, “Bukankah lawan bicaranya berada di sampingnya? Mengapa harus berteriak? Apakah ia tak dapat berbicara secara halus?”

Para murid terdiam. Hampir semuanya telah memberikan alasan yang mereka kira benar. Tetapi sang guru sepertinya belum terpuaskan oleh salah satu jawaban dari murid-muridnya. Menyadari kebuntuan ini, sang guru kemudian berkata, “Ketika dua orang sedang dalam situasi kemarahan, jarak antara ke dua hati mereka menjadi amat jauh, meskipun secara fisik mereka begitu dekat.”

“Tetapi anehnya,” sang guru melanjutkan, “Semakin keras mereka berteriak, semakin mereka menjadi marah dan dengan sendirinya jarak hati yang ada di antara keduanya pun menjadi lebih jauh lagi.”

Para murid semakin tenggelam dalam kekaguman atas jawaban sang guru itu. Ruang kelas semakin sepi dan hening. Sang guru pun melanjutkan, dengan bertanya, “Sebaliknya, apa yang terjadi ketika dua orang saling jatuh cinta?”

Kali ini para murid semakin antusias. Semua orang dalam kelas itu berebut untuk menjawab. Serempak mereka menjawab, katanya, “Mereka yang sedang jatuh cinta tidak saling berteriak. Mereka justru berbicara secara sangat lembut. Bahkan meskipun halus dan pelan, keduanya masih bisa saling mendengarkan.”

“Mengapa bisa begitu?” sang guru balik bertanya. Kali ini kelas kembali hening . Para murid nampak berpikir tetapi tak seorang pun yang ingin mencoba menjawab. Sang guru menjawab sendiri pertanyaannya, katanya, “Karena kedua orang yang sedang jatuh cinta itu begitu dekat. Tidak ada jarak di antara hati mereka. Bahkan begitu dekatnya hati mereka sampai sepatah kata pun tak perlu diucapkan.”

Para murid tampak tersenyum, ada juga yang mengangguk-angguk kepala. Mereka seperti sedang memahami apa yang dikatakan sang guru. Nasihat sang guru, katanya, “”Ketika Anda sedang dilanda kemarahan, janganlah hatimu menciptakan jarak. Lebih lagi kamu tidak mengucapkan kata yang justru menciptakan jarak di antara kamu.”

Kali ini para murid mulai tersadar dan menangkap maksud guru mereka. Ya, ketika sedang marah, lebih baik TIDAK mengucapkan kata-kata yang yang justru memperlebar jarak di antara kita sambil menunggu waktu yang tepat untuk mengatasi kemarahan. Meskipun saling marah, kedua orang yang diam dapat merasakan kedekatan hati di antara mereka.


Sumber: Unknown (diolah secara kreatif)